Adapt to your generation but don’t forget your culture”. Kalimat tersebut jika secara sederhana diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia akan berbunyi “ikut perkembangan zamanmu atau generasimu, tetapi tidak boleh kita lupakan budaya kita sendiri”. Mengapa kita tidak boleh melupakan budaya kita sendiri? Karena kita berarti menyangkal identitas dasar kita sendiri yang berujung pada sikap meninggalkan dan melupakan. Kurang lebih, sikap “menyangkal budaya sendiri” sama saja dengan peribahasa “kacang lupa dengan kulitnya”. Pada hal, budaya diciptakan manusia agar manusia itu bisa bertahan-tahan hidup sesuai dengan keadaan setempat. Pertanyaannya, kita hidup di mana saat ini? Indonesia. Nusantara.

Kalimat tersebut, “adapt to your generation but don’t forget your culture”, merupakan nasehat yang diucapkan oleh Cecep Arif Rahman kepada generasi muda saat ini. Siapa Cecep Arif Rahman? Beliau adalah seorang guru beladiri khas Nusantara, yakni pencak silat. Beliau pernah diminta oleh beberapa produser dan sutradara besar dunia untuk bermain dalam film-film yang tentunya berkelas dunia juga, seperti The Raid 1, The Raid 2, Stars War, dan yang terakhir dan fenomenal adalah saat ia bertarung melawan Keanu Reeves dalam John Wick 3. Mengapa beliau dipilih dan diminta?

Dalam suatu wawancara bersama Asian Boss yang ditayangkan di YouTube dengan judul Meet The Indonesian Martial Artist Who Fought Keanu Reeves In John Wick | EVERYDAY BOSSES, Cecep diminta dan dipilih bermain dalam beberapa film mancanegara karena pencak silat yang secara piawai dimainkan olehnya. Berkat beliau, sesuatu yang khas Indonesia, tradisi Nusantara, menjadi dikenal dunia, dipelajari oleh para penggila martial art atau seni beladiri di seluruh dunia, dan menjadi milik dunia.

Berbeda kelas, berbeda juga ketertarikannya. Bila Cecep Arif Rahman tertarik dan akhirnya berhasil menjadi ahli (guru) pencak silat, adalah Maria Riska, seorang gadis muda yang dibesarkan dalam lingkungan masyarakat milenial, tertarik dan menggeluti tarian tradisional nusantara. Berikut adalah sedikit cerita yang ia bagikan kepada kita.

Saya, Maria Riska Kinasih, adalah anak pertama dari dua bersaudara. Semenjak TK di Strada Budi Luhur Bekasi saya sudah mulai aktif mengikuti ekstra tari tradisional sampai dengan kelas 3 SD di SD Strada Budi Luhur 2. Karena mulai kelas 4 SD ekstra tari tradisional di SD Strada Budi Luhur Bekasi sudah ditiadakan, maka saya dicarikan sanggar tari oleh ibu saya. Dan akhirnya saya masih berlatih tari tradisional sampai saat ini saya duduk di bangku kelas XI SMK Strada Budi Luhur Bekasi.

Awal saya mengikuti tari tadisional sebenarnya masih merasa terpaksa, tetapi lama kelamaan terbiasa dan akhirnya sayapun menyukainya sampai sekarang. Ternyata dengan belajar menari membuat saya semakin percaya diri, belajar berani berhadapan dengan banyak orang, belajar mengingat, dan saya semakin mengenal berbagai macam Tarian Nusantara, semakin banyak teman, dan masih banyak lagi ilmu-ilmu yang lain.

Pada Bulan Maret 2020 merupakan awal pandemi covid-19. Pandemi ini berdampak sekali bagi penggiat seni, selain sekolah formal. Kegiatan menari dan lomba pun terkena dampak, tetapi kebetulan ada beberapa penyelenggara yang masih bergiat dan peduli. Salah satunya adalah Ranowi Production yang didukung oleh Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta. Ranowi Production mengadakan Lomba Virtual Tari Betawi yang boleh diikuti oleh setiap orang dari seluruh wilayah Nusantara. Dan saya, direkomendasikan oleh guru tari saya untuk mengikuti  lomba tersebut dalam kategori tunggal usia 13-16 tahun. Di sini saya membawakan tarian yang berjudul Lenggang Nyai.

Pada saat mengikuti lomba masih ada perasaan minder, takut dengan para peserta lainnya. Tetapi yang penting saya harus berusaha memberikan yang terbaik dan semaksimal mungkin. Walaupun bila nantinya saya tidak mendapat juara berarti saya masih harus banyak belajar. Apabila ternyata saya bisa keluar menjadi juara pun adalah suatu bonus untuk saya atas hasil kerja keras saya selama latihan ini. Juga saya akan tetap terus belajar dan selalu memperbaiki diri dan belajar menjadi lebih baik lagi.

Puji Tuhan, saya berhasil meraih juara ke-2 untuk kategori yang saya ikuti.
sertifikat nari

Indonesia adalah negara yang indah. Bukan saja dari alamnya, tetapi juga dari seni budayanya. Maka sebagai putera-puteri Indonesia selayaknyalah kita memperkenalkan dan menduniakan cita rasa dan kekhasan tradisi sendiri. Berhenti mengagungkan atau mendewakan budaya luar rasanya menjadi cara yang bijak. Bangga dan memperkenalkan tradisi seni budaya nusantara kepada dunia adalah sikap yang lebih cerdas dan bijak. Bangsa luar nusantara menjadi maju bisa jadi karena budayanya menjadi sangat populer dan digunakan di “rumah kita” sendiri. Sementara budaya “rumah kita” (nusantara) sendiri lambat laun mati karena kita sendiri enggan melestarikannya. Pada hal salah satu cara melestarikan sebuah budaya adalah dengan cara menerapkan atau menggunakannnya, seperti video Riska di bawah ini. Marilah kita lestarikan budaya kita sendiri. Salam AMDG ! (rska; jsan)

 

 

 

Sebarkan artikel ini