Penulis : Brigita Cindyanti & Shevanny Jovianne

 

Haii Sobat Stabel.. Sebelumnya gimana nih kabar kalian, aku harap kalian dalam keadaan baik yaa…

Disini aku mau Sharing ni tanggal 20 Mei hari Sabtu kita berkesempatan untuk bisa ikut acara talkshow dengan pembicara yang keren-keren loh ada Rm. Odemus Bei Witono.SJ, ada DR. Pramudianto, PCC, ada Inaya Wahid, ada Ka Theodorus Daniel sebagai host, dan ada Arintya Nugroho Putri . Bersyukur banget deh ada salah satu perwakiln dari SMK STRADA BUDI LUHUR yaitu Arin yang menjadi Master of ceremony, Pada acara talkshow kemarin kita dibagi menjadi dua sesi.

Sobat Strabel kalian harus tahu bahwa opening saat pembukaan talkshow kita dihidangkan dengan music keroncong yang di bawakan oleh anak-anak yang bertalenta serta music keroncong dengan alunan yang sangat enak, setelah opening itu kita juga menyayikan lagu Indonesia Raya dan dilanjutkan dengan Mars Strada, nah begitu sobat strabel…

Sesi yang pertama kira membahas tentang generasi-generasi awal sampai dengan gen z, dan permasalahannya juga, serta terdapat dampak negative dan positifnya.

Apa yang membuat merdeka belajar sangat muda masuk di sekolah. sebelum anda merdeka belajar anda juga harus merdeka berfikir mengapa? jika tidak ada merdeka dalam berfikir maka kegiatan di sekolah tidak akan berjalan dengan lancar, proses awal dari merdeka berfikir adalah bersifat humanis, setiap guru dan siswa harus mempunyai merdeka berfikir baru merdeka belajar. merupakan misi dari pak pram untuk semua sekolah di seluruh Indonesia.

Beda genarasi beda permasalahan, yang menarik dari generasi z adalah sangat kreatif, pertama kali melihat generasi dibawah kita dan kadang menilainya buruk padahal beda, karna setiap generasi beda situasi, kondisi, mental, dan zamannya ucap mba Inaya.

Perbedaan generasi bukan saling mengkritik dan menyalahi tetapi untuk saling, memahami satu sama lain. Ucap Romo Odemus.

Oh iya sobat strabel aku juga mau kasih tahu ni bahwa setiap dipergantian sesi didalam acara talkshow tersebut ada  berbagi doorprize juga lo sobat strabel, kita juga menonton pertunjukan dance dengan teman proklamasi dengan dancer yang berpakain merah putih, membuat para penonton tidak pernah lepas dari pandangan mereka loh sobat strabel.

 

Next sesi 2………..

After break, dilanjutkan dengan sesi kedua. Di sesi dua ini membahas tentang teknologi di masa kini. Potensi teknologi bagi kaum kreatif, teknologi yang bisa digunakan sebagai penunjang kreatifitas dikaitkan dengan budaya Indonesia yang menurut mba Ina adalah salah satu yang menjadi dintincy yang besar bagi generasi Z itu adalah mereka bangga akan identitasnya dan mereka mengekpresikannya dalam berbagai bentuk yang unik dan ajaib. Mereka sadar akan identitasnya masing-masing dan menganggap itu sebagai sebuah anugerah.

Disini mba Ine kasih tau beberapa skills yang harus dimiliki oleh generasi sekarang dibanding generasi sebelumnya lho, namun disini mba Ina menjelaskan hanya 3 yang menurutnya sangat penting untuk menjadi acuan bagi temen-temen muda, yaitu 3C (Critical Thinking, Creativity, Collaboration). Hal-hal ini sangat penting dan diharapkan akan menjadi suatu problem solving.

Bagaimana Perkumpulan Strada Melakukan Perdampingan secara Khusus dengan Kaum Generasi Milenial dan Generasi Berikutnya untuk bisa In Touch dengan Setiap Pelajaran yang ada di Strada?

Beberapa waktu lalu, Strada bersama Gramedia dan Periplus dan beberapa pembicara berkaitan dengan bagaimana kecerdasan buatan dan hasil dari teknologi itu tidak menciptakan relasi yang ambivalen, yang artinya di satu sisi kita menguasai teknologi, namun di sisi lain kita dikuasai oleh teknologi. Ada lho, orang yang ketika tidak memakai HP bisa sakau dan harus diterapi (duh temen-temen jangan sampe ada yang kaya gitu deh!) Menurut Romo Bei, hal ini karena orang itu menguasai teknologi, namun tidak bisa memisahkan dirinya dengan teknologi, sehingga teknologi itu menguasainya. Maka di perkumpulan Strada, kita tetap sebagai subjek atas teknologi sehingga apa yang dikatakan oleh mba Ina bisa dilakukan dengan baik. Critical thinking adalah desain kita untuk menjadi kritis, dan juga bagaimana kita menciptakan kreatifitas, hasil dari anak-anak bangsa dan juga kolaborasi yang merupakan poin-poin yang sangat penting sekali.

Namun, di sisi lain kita perlu tetap waspada karena tidak sedikit orang yang akhirnya dikuasai oleh teknologi, bahkan diatur oleh teknologi dan sampai akhirnya hidupnya hanya berdasarkan teknologi. Padahal menurut filsuf pendidikan humanistik mengatakan bahwa teknologi memang penting dan diperlukan, tetapi sisi humanistiknya jangan sampai digadaikan.

Bagaimana dengan optimalisasi teknologi dalam pendidikan kaum milenial ini tanpa meninggalkan budaya Indonesia?

Mas Pram mengatakan, di dalam proses praktisi, ada yang namanya knowledge worker guys.. jadi jika mau bekerja harus diajarkan dan dimentoring dan membutuhkan waktu yang lama. Tetapi, Yakub Morgan mengatakan sejak ada teknologi, knowledge worker sudah mulai ditinggalkan. Yang muncul adalah learning worker, di mana kita bisa mencari hal-hal baru dari youtube dan belajar sendiri bagaimana jadi pengajar yang baik tanpa harus melakukan mentoring. Perubahan knowledge worker menjadi learning worker ini tidak hanya terjadi di dunia pekerjaan, tapi juga di dunia pendidikan, sehingga peran seorang guru harus berubah. Dengan adanya teknologi, peran guru justru banyak bertumpu pada sisi humanis tadi. Jika hal ini tetap diperkuat, akan memperkuat siswa-siswi yang paham dengan teknologi. Tinggal bagaimana cara mengarahkan untuk menggunakan teknologi yang semakin hari semakin canggih, sedangkan para generasi X sudah agak kesulitan untuk mengejar teknologi yang ada. Sehingga teknologi yang dikaitkan dengan kebudayaan di dalam dunia pendidikan punya peran penting. Para tenaga kependidikan memulai perannya bukan lagi sebagai guru saja, tetapi sebagai fasilitator yang mendampingi dan menolong dari sisi iman dan budaya yang akhirnya siswa-siswi tau bagaimana harus bertindak.

Tidak akan terjadi inovasi jika tidak ada kolaborasi. Tidak akan terjadi kolaborasi jika tidak ada kerendahan hati.

 -Mas Pram

Akan seperti apa sih Indonesia dengan kebudayaan dan teknologinya dalam 5 tahun ke depan?

Yang pertama, untuk anak milenial dan zilenial jawabannya cuma satu, yaitu unik, ucap mas Pram.

Kenapa? Karena cara berpikir generasi sebelumnya tidak bisa menebak apa yang akan mereka (generasi milenial dan z) katakan dan lakukan. Think without the box. Jika dulu, kita diajarkan sesuatu hanya dengan satu teori saja, tapi zaman sekarang untuk menjadi problem solver silahkan mencari teori sendiri.

Jika ada critical thinking dan creative thinking, ditengahnya ada yang disebut desain thinking. Hal ini sedang disadari Kemendikbud ristek untuk menjadi pora proses pembelajaran di seluruh Indonesia. Maka dengan proses itu, terjadi kolaborasi. Anak-anak akan mendemonstrasikan sendiri, tetapi ketika mereka mengungkapkan kebebasan berpikir dan menyumbangkan pikirannya kepada temannya yang akhirnya bisa menjadi the solve of alternative, itulah yang kemudian membuat sebuah kolaborasi, sehingga jika hal itu mulai diterapkan di dunia pendidikan, maka 5 tahun ke depan kita akan menemukan banyak ide-ide luar biasa seperti UMKM dan bisnis-bisnis kecil baru, maka kita tidak akan kesulitan untuk menempatkan setiap warga negara memiliki pekerjaan.

Menurut mba Ine:

Kita harus serius menghadapi situasi-situasi diatas. Tidak menggunakan identitas untuk diri sendiri atau kelompok sendiri. Maka kolaborasi paling penting bagi zaman sekarang dan kita tidak punya jalan lain selain kolaborasi. Jika ditanya bagaimana 5 tahun lagi? Jawabannya tidak tahu. Mungkin kita bisa lihat besok, tahun depan, atau nanti. Tetap harus dipersiapkan untuk menjadi kritis dan berkolaborasi. Karena tanpa kolaborasi, hal ini bisa menjadi backfire juga buat kita semua.

Apa aja si yang harus di siapkan sobat-sobat strabel sebagai generasi Z untuk kedepannya?

  1. Know your privilege.

Cari tahu privilege kamu! Kita semua punya akses terhadap teknologi dan pendidikan yang baik, maka bagi privilege itu. Apakah orang lain punya privilege yang sama dengan kita? Kalau tidak, so stand up for them!

  1. Kuasai bahasa-bahasa di dunia.

Technology is borderless, sudah tidak ada batas bagi kita untuk mengakses teknologi itu sendiri.

  1. Siapkan diri dengan karakter dan hospitality yang terimplementasi.

Ini adalah kunci yang harus ditekankan dan dipersiapkan oleh anak-anak muda sehingga mereka akan sukses. Ketika temen-temen gak hanya sekedar beradaptasi pada perubahan, tapi berselancar di atas perubahan.

  1. Pilih presiden dan anggota DPR yang benar

Gak ada salahnya loh kita belajar pendidikan politik dari kecil…. Agar kita semua tidak hanya ditipu daya oleh iming-iming yang tidak jelas.

 

Jika sobat Strabel ingin melihat lebih lengkapnya langsung aja cek Youtube Channel perkumpulan Strada ya atau klik aja link dibawah ini

Youtube TalkShow Strada

Jadi, temen-temen udah pada tau kan apa aja pembahasan dan poin-poin penting tentang Generasi Milenial dalam Budaya Indonesia? Yuk kita semua lebih bijak lagi dalam menggunakan teknologi dan mulai mengupgrade diri kita untuk Indonesia yang lebih baik!

Sebarkan artikel ini